Sejarah Jemaat Pentakosta dan Gereja Aliran Pentakosta di Indonesia
Sejarah munculnya gerakan pentakosta di Eropah dan Amerika
Gerakan Pentakosta muncul di Eropah tapi juga muncul di Amerika Utara sekitar tahun 1906. Gerakan ini awalnya muncul dalam Gerakan Methodis yang berkeinginan untuk kembali kepada kegairahan dan kesederhanaan yang menekankan kembali kepada pertobatan secara mendadak yang menjadi cita-cita dalam kebangunan Methodis dan kesempurnaan Kristen seperti yang dianjurkan dalam Teologi Wesley. Dalam perkembangnya penganut gerakan ini membentuk organisasi tersendiri. Pada tahun 1900 salah seorang tokoh gerakan tersebut, Ch. F. Parham (asal dari Gereja Methodis dan keluar) mengembangkan 3 pokok ajaran yang kemudian hari menjadi ciri gerakan Pentakosta pada umumnya, yaitu tekanan pada Eskatologi, pada Baptisan dengan Roh dan pada Karunia-Karunia Roh, khususnya karunia lidah, sebagai tanda seseorang telah menerima baptisan Roh.
Gerakan ini dengan cepat menyebar ke seluruh wilayah Amerika Serikat dan negara-negara lain. Menurut data, pada tahun 1972 pengikut aliran Pentakosta di seluruh dunia sudah mencapai 20 juta orang. Gereja Pentakosta mempunyai ciri-ciri yang sama di seluruh dunia, antara lain : kebaktian yang bebas, pemakaian Alkitab secara spontan, tak dipertanggungjawabkan secara ilmiah, pembangunan jemaat melalui kegiatan kebangunan rohani yang meliputi dorongan untuk bertobat dan hidup suci, dan dalam lingkungan jemaat perlu ada karunia lidah dan karunia kesembuhan sebagai tanda-tanda kesucian.
Sejarah munculnya gerakan pentakosta di Eropah dan Amerika
Gerakan Pentakosta muncul di Eropah tapi juga muncul di Amerika Utara sekitar tahun 1906. Gerakan ini awalnya muncul dalam Gerakan Methodis yang berkeinginan untuk kembali kepada kegairahan dan kesederhanaan yang menekankan kembali kepada pertobatan secara mendadak yang menjadi cita-cita dalam kebangunan Methodis dan kesempurnaan Kristen seperti yang dianjurkan dalam Teologi Wesley. Dalam perkembangnya penganut gerakan ini membentuk organisasi tersendiri. Pada tahun 1900 salah seorang tokoh gerakan tersebut, Ch. F. Parham (asal dari Gereja Methodis dan keluar) mengembangkan 3 pokok ajaran yang kemudian hari menjadi ciri gerakan Pentakosta pada umumnya, yaitu tekanan pada Eskatologi, pada Baptisan dengan Roh dan pada Karunia-Karunia Roh, khususnya karunia lidah, sebagai tanda seseorang telah menerima baptisan Roh.
Gerakan ini dengan cepat menyebar ke seluruh wilayah Amerika Serikat dan negara-negara lain. Menurut data, pada tahun 1972 pengikut aliran Pentakosta di seluruh dunia sudah mencapai 20 juta orang. Gereja Pentakosta mempunyai ciri-ciri yang sama di seluruh dunia, antara lain : kebaktian yang bebas, pemakaian Alkitab secara spontan, tak dipertanggungjawabkan secara ilmiah, pembangunan jemaat melalui kegiatan kebangunan rohani yang meliputi dorongan untuk bertobat dan hidup suci, dan dalam lingkungan jemaat perlu ada karunia lidah dan karunia kesembuhan sebagai tanda-tanda kesucian.
Sejarah Jemaat Pentakosta di Indonesia ZENDING EROPAH
Pelayanan Pentakosta masuk ke Indonesia mula-mula dibawa oleh pedagang asal Inggris, Br John Bernard dari Liverpool, Inggris yang kemudian menetap di Temanggung, Jawa Tengah bersama dengan Weenink Van Loon, Pada tahun 1894 mereka membangun satu persekutuan yang bernama ‚’’De Bond Voor Evangelistie’’ yang membentuk suatu yayasan” De Zendings Vereeniging”. Yayasan ini mengelola/mengasuh sebuah sekolah Kristen yakni Hollands Chineesche school met de Bijbel, sebagai pimpinan Sekolah atau Hoofd On-derwyzer (Kepala Sekolah) ditunjuk Wenink Van Loon. Di samping itu, di Kota Temanggung terdapat pula yayasan Zwakzinhigenzorg yg disponsori oleh Pa Van Steur. Yayasan tersebut bergerak di bidang penampungan anak-anak terlantar yg mempunyai sebuah Panti Asuhan yang pimpinannya adalah suster M. A. Van Alt, semua tokoh tersebut ternyata adalah simpatisan Pentakosta yang diperkenalkan oleh John Bernard, dari Temanggung, gerakan ini menyebar ke beberapa kota di Jawa, seperti Cepu dan Surakarta, kemudian bertemu dengan Thiessen mereka bergabung dalam badan missi ini.
Rev Johannes Gerhard Thiessen (yang kemudian hari biasa disapa dengan panggilan Papa Thiessen), dilahirkan di Kitchkas, Ukraina, 22 November 1869. Tamatan Seminary Theologia St. Chrischona di Switserland, dan Tamatan Sekolah Kedokteran di Roterdam, yang menikah dengan Anna Maria Vink, mengawali pelayananya, sebagai Utusan Injil di Pulau Sumatera pada Tahun 1901. Rev Johanes Thiessen bersama isterinya meninggalkan negeri Belanda, dan diutus oleh Doopgzinke Kerk sebagai guru injil ke daerah Sumatera Utara untuk bekerja melayani suku Batak. Membawa Injil yang holistik maksudnya sambil menginjil juga membantu pelayanan kesehatan masyarakat disekitarnya. Ia mendirikan Gereja dan juga rumah sakit. Selama melayani di Pekantan + tahun lamanya Tuhan mengaruniakan anak tiga orang putra dan tiga orang putri yang semuanya lahir di Sumatera. Bersama keluarganya, papa Thiessen pun kembali ke Negeri Belanda, karena telah selesai menunaikan tugas di Sumatera hingga tahun 1916. Pada waktu itu gerakan Pentakosta yang dimulai di Amerika Serikat melanda benua Eropa. Kebangunan Rohani terjadi di mana-mana dan kuasa Roh Kudus dinyatakan dalam setiap kebaktian kebangunan Rohani. Kebangunan Rohani yang diikutinya di Swit-zerland. Dari Switzerland Papa Thiessen kemudian ke Jerman dan berkenalan dengan pastor Jonathan Paul, perintis Pinskter Beweging (Gerakan Pentakosta) di Jerman dan juga Br Roelof Polman pelopor Pinskter Beweging di Belanda. Setelah mengalami Baptisan Roh Kudus, Tuhan memperbaharui visi dan misi Papa Thiessen. Selanjutnya, pada Tahun 1921 Rev. Thiessen bersama keluarganya meninggalkan Belanda dan kembali ke Indonesia. Mereka tidak kembali di Pulau Sumatera melainkan ke pulau Jawa dengan membawa visi baru dari Tuhan dengan predikat Evangelist (penginjil).
Missionary USA
Dalam waktu yang hampir bersamaan bulan Maret 1921 datang pula dua penginjil diutus oleh Pastor WH.Offiler gembala,” Bethel Temple” (BETHEL PENTECOSTAL TEMPLE INC) dari Seatle Amerika Serikat yakni Pdt Cornelius E. Groesbeck dan Pdt. DR. Richard van Klaveren. Keduanya membawa serta keluarganya. Mereka tiba di pelabuhan Batavia dengan menumpang KM Suwa Maru pada bulan Maret 1921. Namun keduanya langsung menuju ke Denpasar Bali. Namun sangat disayangkan karena pada waktu itu oleh pemerintah Hindia Belanda menyatakan bahwa Pulau Bali tertutup untuk penginjilan sebab Pulau Bali telah dijadikan sebagai pulau wisata untuk menarik para pelancong dari luar negeri supaya boleh meningkatkan pendapatan keuangan dari pemerintah yang ada. Oleh karena itu kedua penginjil tadi tidak dapat berbuat banyak sekalipun sempat memberitakan injil di pulau dewata ini tapi hasilnya tidak menggembirakan.
Dan pada bulan Desember 1922 keduanya berangkat menuju ke Surabaya. Di Surabaya mereka berpisah, Pdt. Van Klaveren menuju Jakarta dan bergabung dengan Papa Thiessen lalu Klaveren bangun pelayanan di Lawang Jawa Timur. Sedangkan Pdt. Groesbeck tetap di Surabaya dan giat mangadakan penginjilan (Camp Meetings) dan kebanyakan yang hadir di dalam camp meeting itu adalah pemuda-pemuda berdarah campuran Belanda Indonesia. (Ambon, Minahasa, Timor). Kemudian Pdt Groesbeck bertemu dengan Van Gesel seorang karyawan BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij/Perusahaan Minyak Belanda) di Cepu (kota minyak) Van Gesel beberapa tahun sebelumnya telah bertobat dan hidup baru dalam pelayan “Vrije Evangelisatie Bond ? yang dipimpin Ds. C. J. Hoekendijk ayah dari Karel Hoekendijk. Van Gesel mengajak Groesbek ke Cepu dan pada bulan Januari 1923 istri Van Gesel dipenuhi Roh Kudus sebagai wanita pertama di Indonesia yang mengalaminya, kemudian beberapa bulan kemudian lalu dialami Van Gesel. Di cepu Van Gessel dan Sambow IP Lumoindong, Frits Salem Lumoindong, Br August Kops ikut menerima pelayanan ini. Ibu Moeke Wynen salah seorang yang aktif pada organisasi ini, dan dialah memperkenalkan penginjil dari Seatle USA ini pada organisasi tersebut. Dan mereka bersama-sama bergabung pada persekutuan De Bond Voor Evangelisatie yang pada waktu itu kerohaniannya lebih maju dari pada orang-orang Kristen lainnya. De Bond Voor Evangelisatie berpusat di Bandung dan pimpinannya adalah antara lain Wenink Van Loon.
Pada tanggal 19 Maret 1923 di Cepu berdiri Vereninging De Pinkstergemeente In Nederlandsch Oost Indie (Jemaat Pentakosta di Hindia Timur Belanda). Dan pada tanggal 30 Maret 1923, badan tersebut berdiri dan mendapat SK Gubernur Hindia Belanda dengan Badan Hukum No. 29 24, tertanggal 4 Juni 1923 di Cipanas, Jawa Barat, serta diakui sebagai Kerkgenootscap (Badan Gereja) dengan Beslit No. 33, Staatblad No. 368.
Pada tanggal 29 Maret 1923 tibalah di Cepu Rev Johannes Thiesen bersama Wenink Van Loon (pimpinan‚ De bond Van Evangelistie dari Bandung diundang oleh Groesbeek dan mengadakan kebaktian. Mujizat banyak yang terjadi diantaranya August Kops (mertua SIP Lumoindong) setelah didoakan ia jatuh oleh kuasa Roh Kudus dan tak sadar hingga pulang kerumah, anak mantunya kuatir dan esoknya mengecek apakah ia baik-baik dan ternyata ia sembuh total dari penyakitnya. Itu sebabnya ia segera memberi diri dibaptis. Dan keesokan harinya adalah hari Jumat Agung (Goede Vrijdag) Tanggal 30 Maret 1923 diumumkan akan diadakan baptisan air di daerah pasar sore. Jumlah yang dibaptis pada waktu itu adalah 13 jiwa yang nama-nama mereka sbb : Jan Jeckel, Ny Jeckel, Tuan F G. Van Gesel, Ny Van Gesel, Ch C De Vriew, Tn Frits S Lumoindong, Tn Win Vicentie, Ny Vicentie, Tn Agust Kops, Corie Eiderbrink, Anton Leterman, Tn Sambow Ignatius Paulus Lumoindong, Ny SIP Lumoindong Vincentie (ada 15 orang) Sepuluh orang mengalami dipenuhi Roh Kudus. Mujizat banyak terjadi diantaranya Kesembuhan Agust Kops (ayah mertua dari SIP Lumoindong) setelah jatuh terlentang saat didoakan setelah itu ia sembuh total dari sakit. Mereka dibaptis oleh Pdt. Thiessen dan Pdt. Groesbeck, dalam kebaktian Kebangunan Rohani di Cepu Tanggal 29-30 Maret 1923 itu terjadi pemenuhan Roh Kudus pada mereka yang mengikuti Kebaktian dan acara pembaptisan air. SIP Lumoindong penuh sukacita memuji TUHAN saat menunggang kuda kemudian mengalami dipenuhi Roh Kudus. Sehingga tanggal 29 Maret 1923 ini dirayakan sebagai hari berdirinya oleh GGP/ Pinkster Beweging oleh Rev Johannes Thiessen. Papa Thiessen dan Wenink Van Loon kembali ke Bandung dan meneruskan pelayanan disana. Cepu pelayanan di lanjutkan oleh Van Gesel yang memimpin. Kemudian Groesbeek dan Klaveren ke Jakarta pada bulan April 1926. Van Gesel terpanggil untuk sepenuhnya menjadi hamba TUHAN ia meletakkan jabatan sebagai Pegawai Tinggi BPM lalu pindah ke Surabaya. Sedangkan dari Cepu Api Pentakosta terus menjalar dengan disertai kuasa dan mukjizat–mukjizat ke Surabaya dan hampir seluruh Jawa Timur. Para Pelopor aliran Pentakosta ini membagi wilayah pelayanan mereka.
Para pemuda Minahasa banyak yang mengikuti pelayanan ini selain Tn. Sambow Ignatius Paulus Lumoindong, Ny SIP Lumoindong Vincentie dan adiknya Frits S. Lumoindong (beristri Geraldine Emili Kops putri August Kops) juga diantaranya Mangindaan, Pada tahun 1932 Tuhan memberkati pelayanan di Surabaya dengan gedung dengan kapasitas 1000 tempat duduk (gereja terbesar di Surabaya saat itu). Perkembangan selanjutnya, gerakan ini dengan cepat menyebar dari Surabaya ke seluruh Jawa Timur, Sumatera Utara, Minahasa, Maluku dan Irian.
VAN GESEL KETUA JPI menggantikan Wenink Van Loon.
Van Gesel memperluas pengajaran yang dinamakan “Study Tabernakel” pada tahun 1935 juga Bethel Pentecostal mengutus kembali beberapa Missionary diantaranya W. W. Patterson membuka Sekolah Alkitab di Surabaya. Van Gesel menyerahkan pelayanan di Surabaya dipimpin anak mantunya Pdt. C.Totays tahun 1954 lalu ke Papua membangun pelayanan dinamakan Bethel Pinksterkerk kemudian meninggal tahun 1957 dan anak mantunya Pdt. Totays ke Papua meneruskan pimpin pelayanan tersebut. Tahun 1962 semua warga Negara Belanda harus keluar dari Indonesia.
Sedangkan Rev Johannes memilih Kota Bandung sebagai basis pelayanannya. Pada mula pelayanannya di Bandung Papa Thiessen menyewa gedung pangadilan negeri (Landraadzaal) sebagai tempat kebaktian, karena pada malam hari dan minggu tentunya tidak dipergunakan. Setiap kebaktian yang diadakan di tempat tersebut selalu mendapat perhatian banyak pengunjung karena kuasa Tuhan dan Mukjizat banyak dinyatakan. Banyak orang bertobat dan lahir baru, yang sakit disembuhkan dan menerima Tuhan Yesus Kristus pribadi. Pernah dalam Khotbahnya Papa Thiessen mengatakan : Pada hari-hari biasa orang-orang jahat diadili dan dijatuhkan hukuman di ruangan ini, tetapi dalam kebaktian ini mereka yang bertobat dari segala dosa dan kejahatannya meneriman anugerah pengampunan dari Hakim Agung yaitu Yesus Kristus. Ada sekelompok orang Kristen yang sudah lama berdoa untuk dipenuhi dengan Roh Kudus kemudian menerima kepenuhan Roh Kudus antara lain : Mama Litson, Keluarga Tefer, Keluarga Kuilenbegr, Keluarga Droop, dan masih banyak lagi utk disebutkan satu persatu. Dalam waktu relatif singkat, kebaktian dalam ruangan pengadilan tersebut sudah tidak dapat menampung para pengunjung yang semakin banyak sehingga tim-ul hasrat untuk membangun gereja sendiri. Tuhan menggerakkan hati Zr Kuilsoonlaan (sekarang jl. Marjuk No. 11) untuk dibangun gedung gereja. Dengan pertolongan Tuhan berdirilah gereja (gedung) Pinkster yang pertama di Bandung diberi nama BETHEL. Gedung gereja ini dapat menampung + 300 orang. Dan tempat inilah papa Thiessen kemudian dibantu oleh anak-anaknya mengabar-kan injil yang penuh kuasa dan heran.
Pdt. Paulus Lumoindong (putra Pdt. Frits Salem Lumoindong) yang kemudian selanjutnya meneruskan pelayanan Persekutuan Pinstergemeente in nederlandsch indie. Hingga beliau meninggal tahun 1991.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silankan Mengisi Komentar anda dan email