Program Afiliasi Binary.com

Senin, 16 Agustus 2010

Sejarah Kabar Mempelai

Pada suatu hari di tahun 1935 seorang hamba Tuhan berkebangsaan Belanda bernama F.G.Van Gessel membaca Alkitabnya. Beliau baru saja pulang dari Pacet, daerah pegunungan di Jawa Timur. Di sana beliau bergumul dalam doa puasa bersama hamba-hamba Tuhan lainnya selama tiga hari.
Ketika membaca Yohanes 1:14 beliau menerima wahyu Tuhan. Tidak seperti biasanya ayat itu dibaca sebagai: "Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita". Beliau membacanya seperti yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Kata "berdiam" diganti dengan kata "Tabernakel".   Jadi ayat itu menjadi "Firman itu menjadi daging dan bertabernakel di antara kita".
Pengertian tentang istilah asli Yunani "Skenoo" dan latar belakang pelajaran Tabernakel memberikan beliau pengertian yang lebih luas tentang ayat tersebut.   Hal ini membuat beliau berkeinginan untuk mengadakan pelayanan yang berpusat pada pengajaran Tabernakel.   Ini merupakan cetusan pelayanan yang kemudian dinamakan Kabar Mempelai Internasional.
Tak terbayangkan bahwa F.G.Van Gessel akan dipakai Tuhan untuk melahirkan suatu pelayanan dalam gereja di Indonesia yang kemudian hari berkembang mencapai negara-negara lain di dunia.
F.G.Van Gessel lahir di Blitar, Jawa Timur pada 9 Desember 1892. Memulaikan kehidupannya sebagai pekerja di perusahaan minyak yang dikelola pemerintah Belanda. Tetapi pada tahun 1923 beliau berhenti dari kedudukannya yang tinggi di perusahaan itu untuk memenuhi panggilan Tuhan dalam suatu penglihatan tentang Anak Domba Allah, Yesus sebagai Mempelai Pria Surga.    Ketika itu beliau membaca kitab        Wahyu 19:7 dan Wahyu 21:9-10.    Penglihatan itu diterima sebagai panggilan untuk melayani Tuhan.
Pelayanan 2 orang pengajar injil Amerika yang berasal dari Belanda, Cornelius Groesbeck dan Richard Van Klaveren, serta pengalaman istri beliau dalam baptisan Roh Kudus memegang peranan penting dalam pembaharuan kehidupan rohaninya.
Penglihatan beliau tentang Mempelai Pria Surga membangkitkan gairah yang besar terhadap Allah dan PengajaranNya.   Hal inilah yang mendorong beliau bersama sekelompok hamba-hamba Tuhan Indonesia pergi ke desa Pacet di pegunungan Jawa Timur di mana mereka berdoa dan berpuasa selama 3 hari berturut-turut.   Pengertian beliau tentang Yohanes 1:14 sesuah doa dan puasa di Pacet menjadi pusat Pengajaran Tabernakel dan Kabar Mempelai.    Sejak itu beliau menerima pembukaan demi pembukaan rahasia Firman Allah.   Ayat itu dipegangnya sebagai janji Allah bahwa pengajaran-pengajaran yang beliau terima dari Tuhan akan makin melimpah dengan berjalannya waktu. 
       Tahun-tahun berikutnya Van Gessel berkobar-kobar dengan pengajaran Tabernakel dan Kabar Mempelai ini.    Beliau mendirikan gereja dan sekolah Alkitab di Surabaya. Pengajaran ini menyebar cepat ke propinsi lain di Indonesia.    Di antara murid beliau di sekolah Alkitab terdapat seorang suku Jawa bernama In Juwono.     Di kemudian hari beliau menjadi hamba Tuhan yang terkenal dalam Kabar Mempelai Internasional di Indonesia.
Pdt. Van Gessel meninggal pada umur 66 tahun (21 Juni 1958) di Hollandia, Niew Guinea (sekarang dinamakan Jayapura, Papua).   Beliau meninggal setelah selesai menyusun semua buku dalam Alkitab menurut susunan dan pengajaran Tabernakel. Apa yang beliau kerjakan terbukti menjadi suatu karya yang penting karena telah menjadi rangka dasar dari penjelasan pada Alkitab.  Ini dapat dilihat dari pertumbuhan yang pesat di setiap tempat pengajaran itu diajarkan di kepulauan Indonesia yang luas ini.
Sepuluh hari sebelum meninggal Pdt.Van Gessel mewariskan pengajaran Tabernakel dan Kabar Mempelai ini kepada menantu laki-lakinya, Pdt. Carl J. Totaijs yang dengan setia melayani bersama beliau dalam menyebarkan pengajaran ini di Niew Guinea. Tepat seperti dijanjikan Allah, pembukaan firman Allah yang beliau terima menyebar tidak hanya di Indonesia tapi juga di bagian lain di dunia. Bapak Totaijs terus menyebarkan pengajaran ini di Belanda yang menjadi pusat pelayanan internasional.  Tugas penyebaran kedua pengajaran tersebut di Indonesia dibebankan terutama kepada Pdt. In Juwono dan hamba-hamba Tuhan lainnya.
       Pada tahun 1969 Pdt. Totaijs dan Pdt. In Juwono bergabung dan bekerja sama dalam memajukan Kabar Mempelai. Pdt.Totaijs bersama istrinya, anak tertua Pdt. Van Gessel, ke Surabaya mengunjungi Pdt. In Juwono dan sidang jemaatnya.   Mereka memperbaharui ikatan persekutuan dan kerja sama dalam memproklamasikan pengajaran yang diterimanya dari guru mereka, Pdt.Van Gessel. Dengan dukungan beberapa hamba Tuhan di Indonesia dan Belanda pelayanan Kabar Mempelai terus disebarkan.    Sampai hari ini 15 dari 27 propinsi di Indonesia telah dijangkau pengajaran Tabernakel dan Kabar Mempelai.    Dari Belanda berita ini telah mencapai beberapa negara di Eropa, Afrika, Amerika dan Asia.
Tahun 1982 merupakan salah satu tonggak sejarah pelayanan Kabar Mempelai. Untuk pertama kalinya pengajaran ini menyebar menyeberangi perbatasan Indonesia. Dari tempat asalnya di Jawa Timur menuju Manila, Filipina, tempat diadakannya kebangunan rohani besar-besaran. Kebaktian itu diadakan di Rizal Memorial Stadium dan menarik banyak hamba Tuhan dan anggota gereja dari daerah Metro Manila. Pada kebangunan rohani ini Kabar Mempelai diproklamasikan secara resmi dengan nama Kabar Mempelai Internasional.
Di bawah pimpinan Pdt. In Juwono, 425 anggota sidang di Surabaya pergi ke Manila. Mereka disambut hangat oleh pemimpin-pemimpin gereja dari Metro Manila. Peserta lainnya adalah para anggota sidang dari Holland serta Bimas Kristen Protestan dari 5 propinsi di Indonesia. Keikutsertaan secara resmi pemerintah Indonesia merupakan ungkapan pengakuan konkrit tentang pelayanan Kabar Mempelai bagi masyarakat Indonesia. Pengajaran yang kuat mengenai pernikahan misalnya, memulihkan banyak keluarga berantakan di Indonesia.
Kebangunan rohani BTI (Bride Tidings International) di Manila sangat berarti dalam beberapa hal. Kebangunan rohani ini mendapat dukungan tambahan dalam pelayanan ketika hamba Tuhan berkebangsaan Filipina bertindak sebagai penerjemah dalam kebangunan ini. Beliau dan istrinya mengalami pengalaman luar biasa ketika mempelajari pengajaran Tabernakel dan Kabar Mempelai di bawah pimpinan Pdt. In Juwono sendiri di Surabaya. Beliau merupakan pilihan yang tepat untuk menerjemahkan Firman Tuhan yang disampaikan oleh Pdt. In Juwono selama kebangunan rohani di Manila. Hanya oleh keberanian dan hikmat dari Allah, Pdt. Nene Ramientos dapat menerjemahkan Firman Allah kepada orang-orang Manila di kebaktian itu, meskipun beliau hanya belajar bahasa Indonesia selama 3 bulan. Sejak itu Pdt. Nene Ramientos dan istrinya bertindak sebagai utusan pengabar injil BTI untuk dunia. Sebelumnya mereka bekerja sebagai utusan pengabar injil BTI di USA selama 7 tahun.
        Dalam pelayanan Kabar Mempelai Internasional ada tiga serangkai, yaitu: Pdt. Totaijs, Pdt. In Juwono dan Pdt. Nene Ramientos, masing-masing didampingi istrinya. Tetapi pada tanggal 12 Mei 1989, Pdt. In Juwono dipanggil Tuhan. Beliau berada pada puncak pelayanannya sebagai ketua BTI Indonesia dan dalam pelayanan internasional secara intensif. Tidak tampak adanya tanda-tanda sakit. Kecuali sekitar dua jam sebelumnya beliau merasakan sakit di bagian dalam. Saat itu juga beliau menyatakan kasihnya yang sangat mendalam kepada Tuhan.
Bagi keluarga BTI, Pdt. In Juwono bagaikan Rasul Paulus yang mengatakan "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah."
Buah-buah pekerjaan beliau antara lain Kebangunan Rohani Kabar Mempelai di Medan, Sumatera Utara tahun 1987 dan Konferensi BTI pertama di Surabaya pada tanggal 23-30 Oktober 1988 yang dihadiri oleh lebih dari 1000 gembala dan penginjil dari Indonesia dan 23 negara lainnya. Saat mempersiapkan konferensi BTI ke 2 yang dijadwalkan di Medan, Sumatera Utara pada bulan November 1989 beliau dipanggil Tuhan dengan damai.
Tanpa beliau sebagai pemimpin BTI Indonesia, persiapan-persiapan untuk BTIC (Bride Tidings International Conference) ke 2 hampir-hampir tidak dapat berjalan. Tampaknya iblis menunggu kesempatan. Dengan berpulangnya hamba Tuhan yang adalah ujung tombak BTI Indonesia itu masalah-masalah datang bagai air bah yang siap menelan semua persiapan BTIC itu.    Namun penglihatan yang diterima Pdt.Van Gessel tentang pengajaran Tabernakel dan Kabar Mempelai tidak sia-sia.   Beliau juga melihat bahwa proklamasi dua pengajaran ini akan mencapai ujung dunia dan BTIC ke 2 merupakan mata rantai yang penting.
Setan menyerang dengan gencar tapi Allah mengangkat seorang hamba Tuhan dari Manado yang bernama Pdt. Pong Dongalemba. Beliau menggantikan kedudukan ketua BTI dan menjadi pembicara utama pengajaran Tabernakel di konferensi itu. Beliau diteguhkan dengan khotbah Pdt. Paulus Jedidjah dari Ujung Pandang pada kebaktian petang hari di konferensi.
Tampaknya BTIC ke 2 menghadapi masalah-masalah berat.    Karena konferensi hamba-hamba Tuhan di Baguio, Filipina telah dijadwalkan tepatnya 10 hari sesudah Bapak In Juwono meninggal. Tidak perlu diragukan bahwa keluarga BTI sangat kehilangan pemimpin mereka, tetapi tidak ada waktu untuk menoleh ke belakang. Iman mereka teguh kepada Tuhan yang menganugerahkan pembukaan pengajaran Tabernakel dan Kabar Mempelai pada Pdt. Van Gessel yang kemudian diteruskan oleh Pdt. In Juwono tanpa kenal lelah sampai akhir hidupnya.
Ibu Annie, pendamping setia Pdt. In Juwono, sekalipun masih diliputi rasa duka bergabung dengan keluarga BTI mengikuti konferensi di Baguio.    Bersama Bapak Pdt. Carl J. Totaijs yang memimpin BTI Belanda serta Dr. Nene Ramientos dan istri sebagai utusan BTI di Amerika, tim BTI Indonesia ke Baguio City untuk memenuhi misi memberitakan Kabar Mempelai kepada lebih dari 400 hamba-hamba Tuhan dan penginjil dari gereja penginjilan Methodist Filipina yang datang dari seluruh negara itu.   Ini peristiwa bersejarah sebab merupakan pertama kalinya hamba-hamba Tuhan Methodist di Filipina mendengarkan pengajaran Tabernakel dan Kabar Mempelai. Firman Allah disampaikan oleh hamba Tuhan yang ditetapkan yaitu Bapak Pdt. Totaijs, Rev. Dr. Nene Ramientos, Bapak Pdt. Pong Dongalemba dan Bapak Pdt. Paulus Jedidjah.
Panitia lokal konferensi Baguio memandang peristiwa ini sebagai hari yang menyenangkan dalam kalender mereka. Pertama kali dalam sejarah gereja mereka di mana grup asing seperti BTI mengambil alih seluruh pemberitaan Firman Tuhan pada konferensi nasional yang diadakan 4 tahun sekali.
BTIC ke 2 berjalan sesuai jadwal yaitu tanggal 7 - 17 November 1989 di Surabaya, bukan di Medan. Pimpinan BTI memandang pemindahan tempat penyelenggaraan BTIC ke 2 ini sebagai peringatan positif dari Allah.   Sepertinya Allah menghendaki Surabaya sebagai tempat permanen bagi penyelenggaraan BTIC. Tempat pelayanan 2 hamba Tuhan yang dipilih Allah yaitu Pdt.Van Gessel dan Pdt.In Juwono.   Hal ini diteguhkan oleh Bapak Totaijs sebagai pembicara utama Kabar Mempelai di kebaktian penutupan.   Surabaya merupakan tempat permanen penyelenggaraan BTIC.
Sementara itu BTI Indonesia giat mengembangkan pengabaran Mempelai di bagian timur, BTI Belanda di belahan barat.    Dari Amsterdam dan Den Haag, Bapak Totaijs memimpin tim BTI ke negara-negara Afrika, Amerika Selatan dan India.    Mereka menyelenggarakan seminar dengan para gembala dan penginjil.    Salah satu hasilnya adalah sebuah Sekolah Alkitab di India.   Beberapa hamba Tuhan di Belanda juga menyelenggarakan kebaktian di negara-negara Eropa lainnya.
Pelayanan-pelayanan keluar itu menyebabkan terwujudnya kongres di kota Noordwijkerhout, 30 Km dari Amsterdam.   Kongres yang didukung BTI Belanda ini dihadiri oleh hamba-hamba Tuhan dari beberapa negara.
Setelah kongres ini pelayanan-pelayanan lainnya semakin berlanjut.   Tiga tahun sebelumnya, 200 hamba-hamba Tuhan mendengar pengajaran Mempelai di gereja BTI di Amsterdam.    Mereka merupakan sebagian dari 4000 peserta konferensi internasional para penginjil keliling yang diadakan di kota itu.    Mereka juga sangat terkesan dan mendapat berkat dari kesaksian Dr. Nene Ramientos yang pelayanannya telah diperkaya dengan pengajaran Mempelai setelah 30 tahun dalam pelayanan lain.   Dr. Nene Ramientos mengundang beberapa peserta konferensi itu untuk datang ke gereja Bapak Pdt. Totaijs.   Beberapa dari mereka merupakan teman-teman beliau yang mengenalnya sebagai pemimpin gereja di Filipina yang mempunyai banyak hubungan dengan negara-negara di dunia.   Selain dari pelayanan beliau di Amerika dan di Filipina, beliau ikut serta seminar-seminar BTI yang dipimpin oleh Bapak Totaijs dan Bapak Dongalemba masing-masing dengan istri mereka ke beberapa negara di dunia. Bapak Ramientos dan istri juga mendapat undangan untuk mengunjungi Israel, Eropa dan Rusia.
Di dalam wadah BTI Indonesia terdapat seorang hamba Tuhan yang telah banyak pengalaman dalam pelayanan Kabar Mempelai, beliau adalah Bapak Pdt. Pong Dongalemba yang menjadi gembala dua sidang jemaat yang menjadi pusat pelayanan BTI Indonesia.   Beliau merupakan anak didik dari Bapak Pdt. In Juwono.
Beliau berketetapan meneruskan mandat dari Tuhan ketika membaca Matius 24:27  "Sebab sama seperti kilat memancar dari sebelah timur dan melontarkan cahayanya sampai ke barat demikian pulahlah kelak kedatangan Anak Manusia".  Beliau melihat ayat ini sebagai perintah Allah untuk mengabarkan berita kedatangan Yesus yang kedua kalinya, Mulai Dari Timur yaitu Indonesia dengan negara-negara tetangga seperti Singapura, Thailand, Filipina yang beliau harapkan dapat bersekutu dalam pelayanan menuju ke barat sampai ke Yerusalem.
Urutan perjalanan ini merupakan rangkaian akhir perintah agung Allah untuk memberitakan Injil sampai ke seluruh dunia.   Mulai dari Yerusalem.   Sekarang tiba saatnya putaran itu kembali ke Yerusalem.   Sekalipun sampai detik ini bangsa Yahudi masih menjadi seteru Injil, mereka yang sedang menunggu Mesias akan menerima pengajaran Mempelai berita pembangunan Tubuh Kristus.
Sejarah pengajaran Mempelai masih dalam perjalanannya bergerak menuju ke seluruh penjuru dunia. Pelayanan Kabar Mempelai ini menyingkapkan sejarah Mempelai Laki-Laki dan Mempelai PerempuanNya yang diwahyukan kepada hambaNya, F.G.Van Gessel lebih dari 60 tahun yang lalu.



Senin, 29 Maret 2010

Makna Jihad Sesungguhnya…

Diterbitkan Oktober 21, 2009 Tinggalkan Sebuah Komentar

Tags: Falsafah jihad Islam, jihad, Jihad dalam Islam


Jihad tertinggi adalah Jihad dengan bantuan Alquran. Jihad seperti itulah yang kepadanya orang-orang Muslim diundang pada hari ini. Berapa banyak orang yang keluar untuk berjuang terhadap orang-orang kafir hanya dengan Alquran di tangan mereka? Apakah Islam dan Alquran begitu hampa dari kebaikan dan daya tarik? Sehingga melakukan tindakan-tindakan diluar kemanusiaan dan menganggap sesamanya adalah musuh yang harus disingkirkan, hanya karena perbedaan keyakinan sehingga mengangap dirinya sudah yang terbaik dari yang lainnya dan merendahkan sesamanya karena pemahaman yang berbedah. Tanpa menginstropeksi dirinya apakah yang dilakukan sudah sesuai dengan Al-Quran ataukah hanya memenuhi keinginan orang-orang yang didalam hatinya hanya ada kebencian dan permusuhan. Dan jika ada yang mengikuti dia maka dengan puas tertawa terbahak-bahak karena telah berhasil menanamkan kebencian dan menebarkan kebencian itu dimana-mana lewat dakwanya kepada orang lain. Padahal tanpa disadari bahwa kebencian dan permusuhan itu adalah milik dari pada iblis alias setan, dimana dia sama sekali tidak menginginkan adanya kedamaian dan keselamatan bagi manusia. Jika Islam dan Alquran tidak dapat menarik orang-orang pada hari ini dengan keindahan hakikinya, apa bukti yang kita punyai bagi kebenaran Islam ? Sehingga menjadi tanda tanya yang besar bagi non muslim apakah benar Islam itu pembawa damai dan rahmatan bagi dunia dan sesamanya.

(((((00000)))))
Artikel selengkapnya (sebuah esai yang ditulis oleh Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra dengan judul: Keyakinan Orang Ahmadi Tentang Jihad):

Salah satu keberatan diajukan terhadap Ahmadiyah adalah bahwasanya Ahmadiyah mengingkari Jihad dalam Islam. Saya sering heran bagaimana tuduhan palsu semacam itu dapat diarahkan terhadap kami, yang mengatakan bahwa kami mengingkari Jihad, ini merupakan kedustaan.

Tanpa Jihad, menurut kami, iman tidak dapat sempurna. Kelemahan Islam dan kaum Muslimin, yang menyebabkan kerusakan atau hilangnya keimanan serta berdampak buruk dari segala seginya hingga saat ini adalah masalah Jihad .

Mengatakan kami mengingkari Jihad adalah hal yang dibuat-buat. Ajaran tentang Jihad terdapat pada beberapa tempat dalam Kitab Suci Alquran dan kami sebagai Muslim serta sebagai pengikut Kitab Suci Alquran tidak mungkin dapat mengingkarinya.

Apa yang kami ingkari dan tolak dengan keras tentang Jihad adalah pandangan yang membenarkan penumpahan darah, menyebarkan kekacauan, ketidak setiaan pada negara dan mengacaukan kedamaian masyarakat atas nama Islam. Melakukan demikian adalah mengotori nama baik Islam. Kami tidak dapat dipengaruhi bahwa ajaran-ajaran Islam boleh diselewengkan sedemikian rupa untuk rencana dan keinginan serta ego kita sendiri.

Kami tidak menentang .Jihad. Kami hanya menentang kecenderungan untuk menetapkan perluasan kekuasaan sebagai Jihad,

Dan, para pembaca yang tercinta, anda dapat memahami dengan baik bahwa jika ada orang melakukan sebuah upaya untuk mencari-cari kesalahan orang yang sangat kita cintai, maka betapa besar pembelaan yang akan kita lakukan. Kita akan sangat marah pada orang yang mencari-cari kesalahan orang yang kita cintai. Demikian pula dengan orang-orang Islam yang memfitnah Islam. dengan kata-kata atau perbuatan-perbuatan mereka sendiri yang mengakibatkan sebagian besar dunia memandang Islam sebagai agama bar-bar (biadab) dan menuduh Nabi pembawa Islam sebagai penguasa militer yang biadab.

Padahal, sudahkah orang-orang yang menuduh Islam itu menemukan pengetahuan dalam kehidupan Nabi Suci Muhammad saw. yang menunjukan gambaran seperti itu, yaitu suatu prilaku yang berlawanan dengan kaidah-kaidah kesolehan dan kesucian? Tidak. Justru kaum Muslimin sendiri yang dengan amal-amal buruk mereka telah membuat sebagian besar dunia berprasangka buruk terhadap Islam.Dengan fakta ini maka sangat sulit untuk membuat para pembenci Islam memandang dari sudut pandang yang berbeda.

Di antara kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan terhadap Nabi Suci Muhammad saw. adalah kesalahan yang dilakukan oleh kaum Muslimin sendiri yang menyajikan gambaran yang salah tentang Nabi Suci saw di hadapan orang-orang lain. Nabi Suci saw, yang merupakan perwujudan belas kasih dan pemaafan serta yang tidak ingin menyakiti, bahkan terhadap makhluk Tuhan yang paling rendah sekalipun, telah digambarkan dengan cara yang sedemikian rupa untuk menghasut orang dan menanamkan prasangka dalam pikiran mereka terhadap beliau.

Teriakan Jihad terdengar berkali-kali dan dari banyak tempat yang berbeda. Tapi Jihad apa yang Tuhan dan Nabi-Nya serukan kepada orang-orang Muslim? Dan Jihad apa yang hari ini kita diseru kepadanya?

Jihad yang kepadanya Tuhan memanggil kita dalam Kitab Suci Alquran digambarkan dalam ayat:
‘Maka janganlah kalian mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengannya [yakni, Alquran] dengan Jihad yang besar.’ (Al-Furqan:S3)

Jihad tertinggi adalah Jihad dengan bantuan Alquran. Jihad seperti itulah yang kepadanya orang-orang Muslim diundang pada hari ini. Berapa banyak orang yang keluar untuk berjuang terhadap orang-orang kafir hanya dengan Alquran di tangan mereka? Apakah Islam dan Alquran begitu hampa dari kebaikan dan daya tarik? Jika Islam dan Alquran tidak dapat menarik orang-orang pada hari ini dengan keindahan hakikinya, apa bukti yang kita punyai bagi kebenaran Islam?

Ucapan-ucapan manusia dapat mengubah hati. Apakah firman-firman Tuhan tidak dapat mengubah hati manusia? Apakah Alquran tidak dapat membawa perubahan kecuali dengan bantuan pedang?

Pengalaman manusia yang panjang menunjukkan bahwa pedang tidak dapat memberikan pengaruh pada hati dan menurut Islam merupakan dosa untuk mencoba dan mengubah keyakinan orang melalui paksaan atau suap. Tidakkah Tuhan dengan jelas berfirman dalam Kitab Suci Alquran:
“Ketika orang-orang munafik datang kepada engkau, mereka berkata, ‘Kami mengakui, bahwa sesungguhnya engkau benarbenar Rasul Allah. Dan Allah mengetahui bahwa, sesungguhnya engkau benar-benar Rasul-Nya dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar pendusta”. (Al-Munafiqun:2)

Dalam ayat ini ada satu gambaran tentang orang-orang munafik yang berpura-pura beriman. Seandainya dibenarkan untuk menyebarkan Islam dengan pedang, maka apa perlunya Alquran menggambarkan orang-orang yang dengan berpura~pura telah menerima Islam tapi pada lahirnya dan di dalam batinnya masih kafir?

Seandainya dibenarkan untuk memasukkan orang ke dalam Islam dengan kekerasan, maka orang-orang yang masuk seperti itu adalah orang yang tidak beriman dalam hati mereka dan tidak termasuk orang-orang yang benar, hal ini dijelaskan dalam Alquran Suci.

Tak seorang pun dapat mengharapkan untuk mendapatkan pengikut-pengikut yang ikhlas dengan pedang. Adalah salah berpikir bahwa Islam mengajarkan penggunaan pedang untuk memasukkan orang-orang non-Muslim. Sebaliknya, Islam merupakan agama pertama yang meletakkan prinsip kebebasan dalam masalab agama dengan istilah yang jelas dan tidak samar-samar. Ajaran Islam adalah:

‘Tak ada paksaan dalam agama. Sesungguhnya, telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat. (AlBaqarah:257)

Menurut Islam, setiap manusia bebas untuk percaya ataupun tidak percaya. Dia bebas untuk mengikuti dalil.

Islam juga mengajarkan: “Dan perangilah di jalan Allah terhadap orang-orang yang memerangi kalian, tapi janganlah melampaui batas. Sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”(AlBaqarah:191)

Disini hukum peperangan agama diletakkan dengan jelas. Perang agama dikobarkan terhadap orang-orang yang mengadakan perang terhadap orang-orang Muslim karena alasan agama, yang mencoba dengan kekerasan untuk memaksa orang-orang Muslim. Bahkan dalam perang semacam itu Islam melarang untuk melampaui batas.

Jika orang-orang non Muslim yang mencoba memaksa orang-orang Muslim dengan kekerasan berhenti dari upaya semacam itu, maka orang-orang Muslim wajib menghentikan perang. Dengan dasar ajaran yang seperti jtu, tak seorang pun dapat mengatakan bahwa Islam mengajarkan untuk mengobarkan peperangan bagi pengembangannya. Sebenarnya Islam menetapkan perang bukan untuk menghancurkan atau merugikan suatu agama tertentu, tapi. untuk menggalakkan kebebasan beragama, untuk melindungi tempat-tempat ibadah keagamaan.

Hal itu diletakkan dengan jelas dalam Kitab Sud Alquran:

“Telah diizinkan [berperang] bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu. [Yaitu] orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali hanya karena mereka berkata “Tuhan kami adalah Allah”. Dan sekiranya Allah tidak menolak [keganasan] sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Dan Allah pasti menolong orang yang menolong [agama]-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Al-Hajj:40-41)

Baris-baris dari Kitab Suci Alquran ini tak meninggalkan keraguan apa pun bahwa peperangan agama tidak diizinkan oleh Islam kecuali terhadap orang-orang yang memaksa orang. lain untuk meninggalkan agamanya, misalnya, kaum Muslimin dipaksa untuk meninggalkan Islam. Satu perang agama mungkin dibenarkan ketika ada campur tangan dalam agama. Tapi perang agama itu tidak bermaksud untuk memaksa orang-orang meninggalkan keyakinan mereka, bukan pula mengotori ataupun menghancurkan tempat-tempat ibadah, atau untuk membunuh. Tujuan dari perang-perang agama adalah untuk melindungi agama, untuk melindungi setiap agama, untuk menyelamatkan dari pencemaran serta penghancuran semua tempat ibadah dan untuk mencegah umat tidak hormat pada agama yang darinya mereka berasal. Hanya perang seperti itulah yang diizinkan oleh lslam.

Islam merupakan saksi atas agama-agama lain dan para pendirinya. Islam tak ada bagian untuk kekerasan atau kekejaman atau pun ketidak bebasan. Pendeknya, Jihad yang disetujui oleh Islam adalah untuk mengadakan peperangan. terhadap orang-orang yang melarang orang-orang lain untuk menerima Islam atau orang-orang yang ingin memaksa orang-orang lain agar mengingkari ‘Islam. Itu mungkin dilakukan terhadap orang-orang yang membunuh orang-orang lain karena Islam.

Hanya terhadap orang-orang semacam itu melakukan peperangan yang dapat diizinkan dalam Islam. Terhadap orang-orang selain itu, Jihad dengan senjata adalah salah dan bertentangan dengan Islam. Perang yang tidak ditetapkan dengan syarat-syarat ini mungkin merupakan satu peperangan politik, perang antara negara dengan negara atau antara orang dengan orang. Itu mungkin juga merupakan perang antara dua masyarakat Muslim. Tapi itu tidak merupakan perang agama.

Pandangan tentang Jihad akhir-akhir ini, yang tidak ada sesuatu apa pun kecuali kekerasan dan pelanggaran hukum, telah dipinjam oleh orang-orang Muslim dari kaum lain. Tidak ada ketetapan pengertian Jihad seperti itu dalam Islam. Jihad seperti itu bahkan tidak dikenal dalam Islam . Aneh mungkin tampaknya, tanggung jawab bagi penyebaran pandangan Jihad ini di kalangan orang-orang Muslim terletak pada orang-orang Kristen, yang paling keras bersuara dalam mengutuk Islam prihal sangkaannya tentang ajaran Jihad.

Pada abad pertengahan, perang-perang agama merupakan kelaziman pada masa itu. Seluruh Eropa ambil bagian di dalamnya. Para prajurit dan pejuang Kristen menyerang perbatasan-perbatasan negeri Islam dengan cara yang sama dengan suku-suku setengah merdeka di perbatasan yang menyerang perbatasan negeri India. Pada waktu yang sama, mereka menyerang orang-orang Eropa, yang tidak menerima Kristen.

Orang-orang Kristen yang ambil bagian dalam perang-perang ini melakukan hal demikian untuk meraih keridhaan Tuhan. Tampak bahwa di bawah serangan-serangan orang Kristen yang keras dan tak diduga ini, kaum Muslimin kehilangan keseimbangan mereka. Dengan mengikuti contoh dari orang-orang Kristen, orang-orang Muslim ini mulai juga menyerang perbatasan-perbatasan masyarakat dan negeri-negeri lain. Mereka melupakan ajaran agama mereka sendiri. Maka tampak bahwa mereka melakukan sepenuhnya dan menyerap contoh yang pernah dilakukan orangorang Kristen, yang ironisnya orang-orang Kristen sendiri mulai mengajukan keberatan-keberatan. Walaupun pada kenyataannya bahwa saat ini banyak keberatan-keberatan dari orang-orang Kristen, namun kaum Muslimin gagal untuk memahami permainan orang Kristen itu. Hari ini di seluruh dunia keberatan ini diarahkan terhadap Islam.

Pada setiap tempat hal itu digunakan sebagai senjata terhadap Islam, tapi kaum Muslimin tidak menyadarinya. Tanpa disadari mereka terus menyediakan peluang bagi musuh-musuh Islam untuk menyerang Islam dengan tulisan dan dalil-dalil yang digunakan terhadap Islam. Musuh dapat menyerang Islam dengan senjata-senjata yang dibuat-buat oleh orang-orang Muslim sendiri. Perang-perang yang mereka sebut Jihad tidak membantu Islam. Perang-perang itu hanya membuat kerugian. Orang-orang Muslim telah kehilangan pandangan moral dari syarat-syarat kemenangan. Kemenangan bukan bersumber dari senjata atau jumlah orang, tapi dari kepandaian, pengaturan, pendidikan, perlengkapan, semangat juang dan dukungan dari bangsa-bangsa lain.

Satu bangsa yang sangat kecil kadang-kadang dapat meraih kemenangan atas satu bangsa yang besar, sebab bangsa yang lebih kecil itu mempunyai syarat-syarat moral kemenangan pada pihaknya. Tanpa syarat-syarat ini bala tentara yang paling besar pun mungkin terbukti sia-sia. Tentu akan lebih baik jika orang-orang Muslim meraih kemajuan mereka bukan dengan cara menyalah pahami Jihad, tapi melalui kebaikan~kebaikan dan kemampuan-kemampuan yang menjadikan syarat suatu bangsa menjadi berhasil. Dengan menyalah pahami Jihad mereka mencemarkan Islam dan merugikan kepentingan kaum Muslim sendiri.

Jika satu bangsa mengobarkan peperangan politik atas nama agama, itu hanya mendorong bangsa-bangsa lain bersatu menentangnya. Bangsa-bangsa lain mulai merasa tidak aman. Ketika pertentangan – pertentangan antar bangsa dipicu oleh perbedaan-perbedaan agama, negara yang mempunyai niat baik yang besar pun tidak kebal dari serangan oleh musuh dari luar. Ketika negara terbagi-bagi lantaran agama, masing-masing orang takut terhadap orang lain. Maka sikap dan niat baik tak akan ada. Kebaikan-kebaikan ini mungkin mencegah perang politik tapi bukan perang agama.

Pendeknya, kami tidak mengingkari melainkan mengakui, kepentingan Jihad. Kami hanya menolak pemahaman yang salah mengenainya, yang menyebabkan kerugian yang tak terhitung terhadap Islam. Masa depan kaum Muslimim menurut pandangan kami tergantung pada sejauh mana mereka berhasil memahami makna Jihad yang sebenarnya.

Jika mereka dapat menyadari bahwa bentuk Jihad yang terbaik adalah Jihad dengan Alquran (25:53), dan bukan Jihad dengan pedang, jika mereka mengenali bahwa perbedaan agama tak menyediakan sangsi kekerasan terhadap jiwa atau harta benda atau kehormatan orang-orang lain (4:91, 2:i91, 60:9), pemikiran dan pandangan mereka akan mengalami perubahan sepenuhnya, satu perubahan yang akan membawa mereka lebih dekat ke jalan yang benar. Kemudian mereka akan beramal sesuai dengan satu ayat dari Kitab Suci Alquran yang mengatakan:

“Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya dan bertakwalah kepada Allah agar kalian beruntung.” (AlBaqarah:190)

Kemudian mereka akan mencapai keberhasilan demi keberhasilan.

About : denagis.wordpress.com
Radikalisme Islam Menyusup ke SMU
Diterbitkan Oktober 23, 2009 Agama, Mohon Tinggalkan a Komentar
Tags: osis, radikalisme, rohis, smu, teror, teroris, terorisme

BEBERAPA hasil penelitian menemukan fakta lapangan bahwa gerakan dan jaringan radikalisme Islam telah lama menyusup ke sekolah umum, yaitu SMU.

Siswa-siswi yang masih sangat awam soal pemahaman agama dan secara psikologis tengah mencari identitas diri ini menjadi lahan yang diincar oleh pendukung ideologi radikalisme. Targetnya bahkan menguasai organisasi-organisasi siswa intra sekolah (OSIS), paling tidak bagian rohani Islam (rohis).

Tampaknya jaringan ini telah mengakar dan menyebar di berbagai sekolah, sehingga perlu dikaji dan direspons secara serius, baik oleh pihak sekolah, pemerintah, maupun orang tua. Kita tentu senang anak-anak itu belajar agama. Tetapi yang mesti diwaspadai adalah ketika ada penyebar ideologi radikal yang kemudian memanfaatkan simbol, sentimen, dan baju Islam untuk melakukan cuci otak (brainwash) pada mereka yang masih pemula belajar agama untuk tujuan yang justru merusak agama dan menimbulkan konflik.

Ada beberapa ciri dari gerakan ini yang perlu diperhatikan oleh guru dan orang tua. Pertama, para tutor penyebar ideologi kekerasan itu selalu menanamkan kebencian terhadap negara dan pemerintahan. Bahwa pemerintahan Indonesia itu pemerintahan taghut, syaitan, karena tidak menjadikan Alquran sebagai dasarnya.

Pemerintahan manapun dan siapa pun yang tidak berpegang pada Alquran berarti melawan Tuhan dan mereka mesti dijauhi, atau bahkan dilawan. Kedua, para siswa yang sudah masuk pada jaringan ini menolak menyanyikan lagu-lagu kebangsaan, terlebih lagi upacara hormat bendera. Kalaupun mereka melakukan, itu semata hanya untuk mencari selamat, tetapi hatinya mengumpat.

Mereka tidak mau tahu bahwa sebagai warga negara mesti mengikuti dan menghargai tradisi, budaya, dan etika berbangsa dan bernegara, dibedakan dari ritual beragama. Ketiga, ikatan emosional pada ustaz, senior, dan kelompoknya lebih kuat daripada ikatan keluarga dan almamaternya. Keempat, kegiatan yang mereka lakukan dalam melakukan pengajian dan kaderisasi bersifat tertutup dengan menggunakan lorong dan sudut-sudut sekolah, sehingga terkesan sedang studi kelompok.

Lebih jauh lagi untuk pendalamannya mereka mengadakan outbond atau mereka sebut rihlah, dengan agenda utamanya renungan dan baiat. Kelima, bagi mereka yang sudah masuk anggota jamaah diharuskan membayar uang sebagai pembersihan jiwa dari dosa-dosa yang mereka lalukan. Jika merasa besar dosanya, maka semakin besar pula uang penebusannya. Keenam, ada di antara mereka yang mengenakan pakaian secara khas yang katanya sesuai ajaran Islam, serta bersikap sinis terhadap yang lain. Ketujuh, umat Islam di luar kelompoknya dianggap fasik dan kafir sebelum melakukan hijrah: bergabung dengan mereka.

Kedelapan, mereka enggan dan menolak mendengarkan ceramah keagamaan di luar kelompoknya. Meskipun pengetahuan mereka tentang Alquran masih dangkal, namun mereka merasa memiliki keyakinan agama paling benar, sehingga meremehkan, bahkan membenci ustaz di luar kelompoknya.

Kesembilan, di antara mereka itu ada yang kemudian keluar setelah banyak bergaul, diskusi secara kritis dengan ustaz dan intelektual di luar kelompoknya, namun ada juga yang kemudian bersikukuh dengan keyakinannya sampai masuk ke perguruan tinggi.

Menyusup ke Kampus

Mengingat jaringan Islam yang tergolong garis keras (hardliners) menyebar di berbagai SMU di kota-kota Indonesia, maka sangat logis kalau pada urutannya mereka juga masuk ke ranah perguruan tinggi. Bahkan, menurut beberapa sumber, alumni yang sudah duduk sebagai mahasiswa selalu aktif berkunjung ke almamaternya untuk membina adik-adiknya yang masih di SMU.

Ketika adik-adiknya masuk ke perguruan tinggi, para seniornya inilah yang membantu beradaptasi di kampus sambil memperluas jaringan. Beberapa sumber menyebutkan, kampus adalah tempat yang strategis dan leluasa untuk menyebarkan gagasan radikalisme ini dengan alasan di kampuslah kebebasan berpendapat, berdiskusi, dan berkelompok dijamin. Kalau di tingkat SMU pihak sekolah dan guru sesungguhnya masih mudah intervensi, tidaklah demikian halnya di kampus.

Mahasiswa memiliki kebebasan karena jauh dari orang tua dan dosen pun tidak akan mencampuri urusan pribadi mereka. Namun karena interaksi intelektual berlangsung intensif, deradikalisasi di kampus lebih mudah dilakukan dengan menerapkan materi dan metode yang tepat. Penguatan mata kuliah Civic Education dan Pengantar Studi Islam secara komprehensif dan kritis oleh profesor ahli mestinya dapat mencairkan paham keislaman yang eksklusif dan sempit serta merasa paling benar.

Sejauh ini kelompok-kelompok radikal mengindikasikan adanya hubungan famili dan persahabatan yang terbina di luar wilayah sekolah dan kampus. Hal yang patut diselidiki juga menyangkut dana. Para radikalis itu tidak saja bersedia mengorbankan tenaga dan pikiran, namun rela tanpa dibayar untuk memberikan ceramah keliling. Lalu kalau berbagai kegiatan itu memerlukan dana, dari mana sumbernya? Ini juga suatu teka-teki.

Disinyalir memang ada beberapa organisasi keagamaan yang secara aspiratif dekat atau memiliki titik singgung dengan gerakan garis keras ini. Mereka bertemu dalam hal tidak setia membela NKRI dan Pancasila sebagai ideologi serta pemersatu bangsa. Mereka tidak bisa menghayati dan menghargai bahwa Islam memiliki surplus kemerdekaan dan kebebasan di negeri ini.

Di Indonesia ini ada parpol Islam, bank syariah, UU Zakat dan Haji, dan sekian fasilitas yang diberikan pemerintah untuk pengembangan agama. Kalaupun umat Islam tidak maju atau merasa kalah, lakukanlah kritik diri, tetapi jangan rumah bangsa ini dimusuhi dan dihancurkan karena penghuni terbanyak yang akan merugi juga umat Islam. Kita harap Menteri Pendidikan Nasional maupun Menteri Agama menaruh perhatian serius terhadap gerakan radikalisasi keagamaan di kalangan pelajar.(*)

PROF DR KOMARUDDIN HIDAYAT
Rektor UIN Syarif Hidayatullah

(//mbs)
sumber; OKEZONE